DongaDang Kaos Bengkulu

Saturday, May 18, 2013

Koban (Polisi Jepang) dan Keramahannya

Koban (Japan Police)
Pagi ini sedikit kaget ketika bel di apato berbunyi. Karena memang jarang ada yang berkunjung apalagi pagi-pagi. Dilihat dari lubang di pintu, ternyata yang datang dua orang Koban (Polisi) pria dan wanita. Tentunya ini bikin makin was-was, apa karena download ya, Jepang memang telah menerapkan aturan ketat untuk melarang download content internet yang dilindungi hak cipta. Sementara sudah kebiasaan mengisi weekend dengan film-film terbaru yang di didownload dari internet. Gimana tidak, film 1 GB bisa selesai di download 10 menit saja.

Masih dengan sedikit gugup pintu ku buka dan senyuman lebarpun merekah dari kedua orang polisi ini. Karena memang tidak bisa berbahasa Jepang, langsung saja saya katakan "English please." Dengan sigap mereka mengeluarkan sejenis alat penerjemah dan mengetikan sesuatu. Setelah saya baca terjemahannya, ternyata mereka cuma melakukan pendataan rutin dan meminta alien card saya. Ini dalam rangka kesigapan tanggap bencana sehingga setiap warga terus didata ulang.


Satu hal yang cukup membekas bagi saya adalah senyuman yang tidak berhenti dari bapak ibu polisi ini. Meskipun mereka tidak bisa bahasa Inggris, tapi dari senyuman dan bahasa tubuh yang mereka miliki terlihat sekali keramahan mereka malah terkesan seperti mereka yang takut mengganggu kenyamanan kita. Malah sempat-sempatnya menanyakan apa makanan favorit di Indonesia sekedar untuk membangun suasana akrab. Padahal jelas mereka hanya menjalankan tugas negara dan memang hak mereka untuk meminta alien card warga dengan tujuan tertentu. Artinya tanpa senyumanpun saya akan tetap menunjukan alien card dan mematuhi apa yang mereka inginkan.

Jika dibandingkan dengan polisi-polisi di Majapahit (meminjam istilah senior, mbak Anis), sikap yang mereka tunjukkan ini benar-benar bertolak belakang. Saya punya pengalaman menghadapi aparat kepolisian di negara Majapahit yang cukup membekas juga. Mulai dari masalah tilang, pengurusan berkas-berkas dan berbagai hal lain yang sebenarnya memang merupakan kewajiban atau tugas dari polisi itu sendiri. Semuanya jauh dari kesan ramah atau dengan semboyan "melindungi dan mengayomi". Untungnya bukan berurusan dengan masalah hukum atau pidana. Nggak terbayang perlakuan yang akan diterima jika urusannya sudah masalah hukum. Tidak perlu diceritakan panjang lebar bagaimana sikap polisi di Majapahit, kita sudah sama-sama tahu meskipun selama ini itu semua masih dianggap oknum.

Tulisan ini sekedar untuk dijadikan perbandingan bagaimana seharusnya seorang aparat bersikap terhadap warga negara yang harus dilindunginya, Bukan hanya Polisi, pegawai negeri dan aparatur lainnya semestinya bisa bersikap sebagai seorang yang melayani bukan ingin dilayani. Cara paling gampang untuk menumbuhkan rasa ini sepertinya melalui senyuman tadi. Seyuman dan keramahan menunjukkan bahwa seorang aparatur tidak otoriter dan mau melayani. Respon yang didapat tentu akan jauh berbeda. Mudah-mudahan suatu saat nanti aparatur di Majapahit juga akan bisa bersikap bersahabat dan melayani. Amin.

No comments:

Post a Comment